Petani di Kabupaten Polman menyambut antusias program Pemprov Sulbar karena harga kakao saat ini yang terus mengalami kenaikan.
Salah seorang petani di Kabupaten Polman, Basri mengaku telah memilih untuk menanam kakao dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya, karena pasarnya sudah sangat jelas, harganya terus mengalami peningkatan dan ada bantuan budi daya dari pemerintah.
Baca Juga:
Sulbar Targetkan 1.000 Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi dalam Lima Tahun
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPHP) Dinas Perkebunan Provinsi Sulbar Agustina Palimbong, Provinsi Sulbar merupakan kawasan pengembangan
dan sentra pengolahan komoditas perkebunan kakao secara nasional. Hal itu telah dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2025-2029.
Sulbar berpotensi menjadi pemasok utama biji kakao untuk ekspor dengan harga biji kakao Rp120.000 sampai 185.000 per kilogram dengan kadar air tujuh persen dan itu sesuai dengan SNI.
Kakao Sulbar memiliki keunggulan komparatif, karena kondisi alam Sulbar yang mempunyai kesesuaian, cocok untuk mengembangkan kakao, dan kultur masyarakat yang mayoritas sejak dulu menjadi petani kakao.
Baca Juga:
Pemprov Sulbar Bangun Sekolah Unggulan Garuda untuk Tingkatkan Kualitas SDM Daerah
Keunggulan tersebut diharapkan akan mendukung tumbuhnya investasi dalam pengembangan kakao di daerah ini. Apalagi, jika budi daya memanfaatkan teknologi pengendalian hama dan penyakit, serta penggunaan bibit unggul sehingga kualitas saat panen dan maupun pasca-panen me jadi lebih terjamin.
Panca daya Sulbar
Program panca daya merupakan visi misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulbar periode periode 2025- 2030 yang berupaya diwujudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengatasi kemiskinan serta membangun ekonomi daerah.