Hanya saja, diakui Sadariah, upayanya melibatkan sekolah tempatnya menuntut ilmu untuk memperlancar ekspor perdana sapu lidi sempat menuai sorotan.
"Sempat disoroti, padahal awalnya saya hanya ingin membantu adik-adik. Saya tidak pernah memaksakan mereka. Saya hanya berpikir, apa yang saya lakukan bisa meringankan beban ekonomi para murid, mereka tidak perlu lagi meminta uang kepada orang tua, untuk memenuhi kebutuhan kecil," beber Sadariah.
Baca Juga:
Penjabat Gubernur Sulbar Bagikan Seragam Sekolah untuk Siswa di Majene dan Polman
Keraguan warga akhirnya berhasil dijawab Sadariah, dengan kesuksesan melakukan ekspor perdana pada Jumat (23/4) lalu.
Ekspor tersebut berhasil melambungkan nama Sadariah lantaran ditandai dengan pengguntingan pita serta pemecahan kendi, yang dilakukan sejumlah pihak di antaranya Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar, Bupati Polewali Mandar, Andi Ibrahim Masdar, serta Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan, Hayati Wisnu Masisa.
Momentum tersebut seolah menjadi awal bagi Sadariah, hingga mulai dikenal sebagai eksportir ternama di usia yang masih sangat muda. Bahkan tawaran kerja sama mulai berdatangan dari beberapa negara.
Baca Juga:
Komisi Informasi Sulawesi Barat Apresiasi Layanan PPID di Kabupaten Polewali Mandar
"Target ekspor ketiga sebanyak 50 ton, sekitar tanggal 28 Mei mendatang. Tujuannya ke Pakistan dan India, masing-masing 25 ton. Kita juga sudah menjalin komunikasi dengan buyer dari Thailand, belum saya iyakan, tinggal beri jawaban," beber Sadariah.
Menurut Sadariah, lidi yang diekspor ke India, akan dimanfaatkan untuk berbagai barang kebutuhan, termasuk bahan kelengkapan kegiatan keagamaan warga di negara tersebut.
"Katanya selain tetap dimanfaatkan sebagai sapu, kabarnya lidi yang diekspor akan dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan," imbuhnya.