Rusia belum mengakui serangan itu, dan sebaliknya mengatakan gencatan senjata akan diberlakukan mulai 5 Mei hingga 7 Mei untuk memungkinkan warga sipil dievakuasi.
Diperkirakan ada ratusan orang tak bersalah yang berlindung di terowongan di bawah Azvostal.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Terowongan dirancang untuk menahan ledakan nuklir.
Evakuasi mereka diperumit oleh fakta bahwa mereka sekarang bercampur dengan pasukan Ukraina dan menggunakan kompleks yang sama dengan benteng terakhir mereka.
Tidak jelas secara pasti berapa banyak tentara yang bersembunyi di dalam, meskipun Rusia mengklaim ada sekitar 2.000 termasuk 500 yang terluka.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Letnan Kolonel Denis Prokopenko, yang memimpin pertahanan, mengatakan dalam sebuah pesan video tadi malam bahwa ada pertempuran yang berat dan berdarah di sana.
"Saya bangga dengan tentara saya, karena melakukan upaya untuk menahan serangan musuh yang tidak manusiawi. Saya berterima kasih kepada seluruh dunia atas dukungan luar biasa dari garnisun Mariupol. Prajurit kita pantas mendapatkannya," katanya.
"Situasinya sangat sulit, tetapi kami terus menjalankan perintah untuk menjaga pertahanan agar terlepas dari segalanya," ujar Prokopenko. [jef]