Selain itu, ia menyebut telah menggalakkan berbagai program lainnya, di antaranya mengukuhkan Danrem 142 Tatag Brigjen TNI Farouk Pakar sebagai bapak asuh anak stunting. Pihaknya menargetkan pada tahun 2024 stunting di Sulbar turun di angka 14 persen.
"Sekarang program BKKBN ini sasar atau mengawal keluarga berisiko seperti ibu hamil, pascasalin dan ibu punya baduta (balita dua tahun). Termasuk Danrem ini kita kukuhkan sebagai bapak asuh anak stunting. Semoga 2024 angka kita 14 persen sesuai arahan bapak presiden (Jokowi)," imbuhnya
Baca Juga:
Sangat Berbahaya, ALPERKLINAS Desak PLN dan Pemda Aktif Sosialisasikan Larangan Penggunaan Arus Listrik di Luar Peruntukan
Data Stunting Sulbar
Berdasarkan Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dimuat BKKBN Sulbar, angka stunting Sulbar berada di 33,8 persen dari 1.419.229 penduduk. Kabupaten Polewali Mandar menjadi wilayah tertinggi angka stunting di Sulbar dengan 36,0 persen.
Selanjutnya ada Kabupaten Majene di angka 35,7 persen, disusul Kabupaten Mamasa berada di urutan ketiga tertinggi 33,7 persen. Selain itu di Kabupaten Mamuju 30,3 persen, Kabupaten Pasangkayu 28,6 persen. Sementara Kabupaten Mamuju Tengah dengan angka stunting terendah di Sulbar yakni 26,3 persen.
Baca Juga:
Detik-detik Mencekam! Remaja 17 Tahun Saksikan Langsung Tabrakan Pesawat di Washington DC
Meski berhasil menurunkan angka stunting di Sulbar dari 40,03 persen di tahun 2019 menjadi 33,8 persen di 2021 atau turun sekitar 6,5 persen. Sulbar hingga tahun 2022 masih berada di urutan kedua tertinggi di Indonesia.
"Turun di 2021. Cuman lagi-lagi itu tadi perlu kerjasama semua pihak untuk menurunkan angka stunting. Target kita 2024 itu 14 persen tercapai," tegas Nuryamin. [afs]