WahanaNews-Sulbar | Angka prevalensi stunting di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) mencapai 33,8 persen atau sebanyak 479.699 anak. Angka tersebut menempatkan Sulbar di posisi kedua provinsi dengan stunting tertinggi di Indonesia setelah Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kita (Sulbar) posisi kedua ini di bawah NTT. Tahun kemarin kita turunkan juga angkanya cuman kita masih tetap di nomor dua (tertinggi stunting)," kata Kepala BKKBN Sulbar Nuryamin kepada wartawan di Wisma Malaqbi, Mamuju, Sabtu (24/9/2022).
Baca Juga:
Sangat Berbahaya, ALPERKLINAS Desak PLN dan Pemda Aktif Sosialisasikan Larangan Penggunaan Arus Listrik di Luar Peruntukan
Nuryamin mengungkapkan ada beberapa faktor penyebab angka stunting tinggi di Sulbar. Beberapa di antaranya disebabkan oleh prilaku dan budaya warga, termasuk wilayah yang sulit dijangkau ketersediaan pangan.
"Cuma setelah kita petakan ini kasus-kasus stunting, sebenarnya bukan hanya persoalan wilayah tapi lebih ke prilaku masyarakat termasuk pernikahan dini itu," bebernya.
Ia menyebut masih kurangnya pengetahuan bagi ibu hamil terkait asupan gizi bagi calon bayinya juga menjadi faktor lonjakan angka stunting di Sulbar. Ibu hamil dalam kondisi 5-6 bulan biasanya sudah tidak diizinkan keluar rumah.
Baca Juga:
Detik-detik Mencekam! Remaja 17 Tahun Saksikan Langsung Tabrakan Pesawat di Washington DC
"Ini juga biasa ibu usia 6 bulan kehamilan sudah dilarang keluar rumah, tidak bisa ke posyandu dan akhirnya tidak bisa kita ukur. Termasuk juga gadis 15 tahun sudah menikah padahal organ sel dalam rahimnya belum siap, akhirnya berisiko melahirkan anak stunting," paparnya.
Nuryamin mengaku telah melibatkan banyak pihak untuk membantu menurunkan angka stunting di Sulbar. Hanya dengan cara seperti itu angka stunting bisa turun.
"Kita ajak Pemerintah Desa (Pemdes) untuk menyukseskan program dapur sehat. Pemdes kita minta untuk memberikan pengetahuan ke ibu hamil dan punya balita untuk memberikan asupan gizi yang baik," ujarnya.
Selain itu, ia menyebut telah menggalakkan berbagai program lainnya, di antaranya mengukuhkan Danrem 142 Tatag Brigjen TNI Farouk Pakar sebagai bapak asuh anak stunting. Pihaknya menargetkan pada tahun 2024 stunting di Sulbar turun di angka 14 persen.
"Sekarang program BKKBN ini sasar atau mengawal keluarga berisiko seperti ibu hamil, pascasalin dan ibu punya baduta (balita dua tahun). Termasuk Danrem ini kita kukuhkan sebagai bapak asuh anak stunting. Semoga 2024 angka kita 14 persen sesuai arahan bapak presiden (Jokowi)," imbuhnya
Data Stunting Sulbar
Berdasarkan Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dimuat BKKBN Sulbar, angka stunting Sulbar berada di 33,8 persen dari 1.419.229 penduduk. Kabupaten Polewali Mandar menjadi wilayah tertinggi angka stunting di Sulbar dengan 36,0 persen.
Selanjutnya ada Kabupaten Majene di angka 35,7 persen, disusul Kabupaten Mamasa berada di urutan ketiga tertinggi 33,7 persen. Selain itu di Kabupaten Mamuju 30,3 persen, Kabupaten Pasangkayu 28,6 persen. Sementara Kabupaten Mamuju Tengah dengan angka stunting terendah di Sulbar yakni 26,3 persen.
Meski berhasil menurunkan angka stunting di Sulbar dari 40,03 persen di tahun 2019 menjadi 33,8 persen di 2021 atau turun sekitar 6,5 persen. Sulbar hingga tahun 2022 masih berada di urutan kedua tertinggi di Indonesia.
"Turun di 2021. Cuman lagi-lagi itu tadi perlu kerjasama semua pihak untuk menurunkan angka stunting. Target kita 2024 itu 14 persen tercapai," tegas Nuryamin. [afs]