WahanaNews - Sulbar | PT PLN (Persero) mengatur tiga skenario dalam upaya melakukan transisi energi, yang salah satunya adalah beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan secara bertahap.
“Untuk mengurangi emisi, PLN membangun skenario transisi energi tidak hanya fokus pada satu skenario tetapi kami membuka tiga skenario,” kata Executive Vice President of Energy Transition and Sustainability PLN, Kamia Handayani di Jakarta, dikutip Selasa (23/5/2023).
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
Skenario pertama, kata dia, terkait dengan transisi menuju energi baru terbarukan (EBT). Meski begitu, Kamia mengatakan PLN tidak akan langsung bertransisi dari energi fosil ke EBT secara menyeluruh, melainkan secara bertahap.
Kamia menjelaskan, PLN terus memantau perkembangan teknologi yang bisa diterapkan oleh perusahaan dalam upaya bertransisi energi.
Skenario kedua, terkait pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). PLN memang berencana menutup PLTU, namun Kamia menggarisbawahi rencana tersebut tidak diterapkan ke seluruh PLTU milik PLN.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
“Tidak semua PLTU kami pensiunkan. Ada yang kami pertahankan tetapi disertai dengan teknologi co-firing, amonia, CCUS (Carbon Capture Utilization and Storage), dan gas,” ujar Kamia.
Ia menambahkan, pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) juga tidak akan dipensiunkan seluruhnya, tetapi juga menerapkan co-firing dengan hidrogen.
Kamia juga menyampaikan, PLN lebih berfokus pada peralihan dari power generation menuju low carbon power dalam upaya bertransformasi ke energi hijau.
Skenario terakhir adalah mengupayakan pengurangan emisi dari pembangkit fosil dengan mengutilisasi energi primer yang ada di Indonesia. Terlebih, Indonesia memiliki sumber daya energi yang beragam yang bisa dioptimalkan untuk mendiversifikasi energi. Sementara itu, PLN sendiri membuka peluang untuk mengutilisasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Ketiga skenario tersebut, sambung Kamia, merupakan cara PLN untuk beradaptasi dengan transisi energi namun tetap terbuka dengan opsi-opsi yang ada.
“Kami membuka skenario tergantung teknologi apa yang lebih menonjol, lebih murah, dan lebih fleksibel. Itu yang akan kami ambil kesempatannya. Jadi, kami tidak bertransisi dari fosil langsung ke EBT, tetapi kami bertransisi dulu dengan melihat teknologi yang efektif,” pungkas Kamia.[mga]