"Ketika sudah ada KPI, pekerjaannya pun harus terukur. Tidak hanya sekali jadi, dan tahun depan selesai, itu tidak sustain. Makanya sekarang kita bikin sustain," ujar Imam.
PLN pun, kata dia, telah menetapkan 12 KPI ESG, yang terus dipantau setiap bulan. Guna mencapai KPI tersebut, ada ESG breakthrough.
Baca Juga:
Jaga Pilkada Serentak, PLN UID Jabar Siagakan Lebih dari Empat Ribu Personil
"KPI kami coba petakan berdasarkan penilaian dari lembaga rating, ternyata bisa kami tingkatkan untuk naikkan ESG rating kami. Sebagian besar ini adalah indikator ataupun penilaian Proper," kata Imam.
Pembicara lain, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran, Prof M.Fani Cahyandito menyampaikan bahwa, perusahaan yang tidak melakukan ESG akan dianggap perusahaan yang tertinggal.
Pasalnya, saat ini para investor sudah memperhatikan soal ESG. Banyak penelitian yang mengaitkan ESG dan kinerja keuangan.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
"Investor semakin tersadarkan bahwa perusahaan yang stabil, bisa beroperasi, karyawan produktif adalah perusahaan yang memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Lebih stabil juga perusahaan yang memperhatikan masyarakat. Ini adalah perusahaan yang dipandang lebih punya kelanjutan dibanding yang tidak punya ESG," ujar Fani.
Sementara itu, Plt Sekjen Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana mengatakan, ESG telah menjadi standar seluruh dunia untuk wujudkan pembangunan berkelanjutan. Meskipun diakuinya bahwa, implementasi pelaksanaan ESG di Indonesia masih rendah.
"Pelaksanaan ESG dalam perusahaan dapat meningkatkan investasi. ESG perlu sejalan dengan transisi energi," pungkasnya.[mga]