Sulbar.WahanaNews.co, Mamuju - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar) melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP), menyiapkan lima langkah strategis dalam mengantisipasi dampak kekeringan pada sektor pertanian akibat fenomena El Nino yang melanda wilayah itu.
Kepala Dinas TPHP Sulbar Syamsul Ma'rif, di Mamuju, Senin (29/01/24), mengatakan, dampak El Nino berpotensi menyebabkan kekeringan pada lahan pertanian yang ada di provinsi itu.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Ajak KTT G20 Entaskan Kelaparan, Mentan Amran Gerak Cepat Bentuk Brigade Swasembada Pangan
"Berdasarkan prediksi BMKG, cuaca panas pada 2024 akan lebih parah dibanding tahun sebelumnya sehingga kami perlu mengambil tindakan pencegahan sebagai upaya mengantisipasi gagal panen dan penurunan produksi hasil pertanian," kata Syamsul Ma'arif.
Ada lima langkah antisipasi yang dilakukan dalam mengantisipasi dampak kekeringan pada sektor pertanian, kata dia, pertama, membuat surat rekomendasi untuk segera melakukan gerakan percepatan tanam di seluruh kabupaten di Sulbar.
"Surat rekomendasi itu juga sebagai upaya koordinasi dan komunikasi intens dengan Dinas Pertanian kabupaten se-Sulbar dan menyampaikan surat untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada 2024," kata Syamsul Ma'arif.
Baca Juga:
Pangkas 145 Regulasi, Kebijakan Distribusi Pupuk Langsung Ke Petani Dinilai Tepat
Kedua, menyarankan penggunaan benih tahan kekeringan, tahan hama dan penyakit, melalui kegiatan-kegiatan displai varietas yang sudah dicanangkan tahun 2023.
Lokasi kegiatan displai varietas tersebar di empat kabupaten yaitu Kabupaten Mamuju Tengah, Mamuju, Majene dan Kabupaten Polewali Mandar.
Pada musim tanam ini, lanjutnya, tiga varietas benih padi Inbrida tahan kekeringan yang dibudidayakan, yaitu varietas Cakrabuana, varietas Padjajaran, dan varietas Inpari 42.
"Kami juga telah mengajukan CPCL (Calon Petani dan Calon Lokasi) ke Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengalokasikan benih dalam rangka mendukung percepatan tanam 5.000 hektare padi dan 10.000 hektare jagung," ujar Syamsul Ma'arif.
Ketiga, mendukung dan memfasilitasi kegiatan mandiri benih padi dan kegiatan bantuan padi kaya gizi (biofortifikasi).
"Dari kegiatan mandiri benih padi seluas 10 hektare diperkirakan menghasilkan benih sebanyak 40 ton dan kegiatan biofortifikasi seluas 1.000 hektare yang diperkirakan panen menghasilkan benih sebanyak 4.000 ton," ucapnya.
Keempat, menyiapkan tiga unit pompa air yang dapat didistribusikan ke lokasi yang ditengarai membutuhkan air setiap saat.
"Kemudian terakhir, kami menginstruksikan kepada semua staf untuk senantiasa memantau dan mendampingi petani dalam persiapan antisipasi kejadian iklim ekstrem tahun 2024," kata Syamsul Ma'arif.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]