WahanaNews-Sulbar | Pertanian yang berada di lereng gunung memang sangat direkomendasikan untuk menerapkan sistem tumpang gilir.
Terbikti, dengan sistem yang merupakan kearifan lokal di beberapa wilayah dan menjadi tradisi dalam bertani, terbukti mampu mengoptimalkan lahan, menghemat biaya, dan meningkatkan pendapatan.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Sistem tumpang gilir ini telah di praktikkan dibeberapa wilayah, seperti para petani dilereng Gunung Sindoro, Desa Bansari, Kabupaten Tumanggung.
Petani Desa Bansari, Sofian (35) mengatakan, tumpang gilir menjadi tradisi dalam bertani di lereng Gunung Sindoro, yang diajarkan orang tua pada anaknya.
Sistem tumpang gilir yakni petani mengolah lahan satu kali dan pemberian pupuk organik untuk penanaman satu komoditas yang disusul komoditas lain, tanpa pengolahan lahan kembali.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Anggota Kelompok Tani Lestari itu mencontohkan yang diterapkan di lahannya adalah bertanam bawang merah. Sebelum bawang merah panen, di sela-sela tanaman ditanami tembakau.
“Saat bawang merah panen, tanaman tembakau sudah mulai tumbuh. Ada pula yang ditanami bawang merah, lalu disusul lombok,” katanya, yang ditemui Jumat (15/4/2022).
Saat ini, ketika bawang merah berusia 50 hari, di sampingnya ditanami cabai, sehingga nanti saat bawang merah panen, selisih beberapa waktu cabai juga panen.