WahanaNews - Sulbar | Jemaah Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) melaksanakan salat Idul Fitri 1444 H di Lapangan Stadion Manakarra. Aparat kepolisian berada di lokasi melakukan pengamanan dan penertiban kendaraan para jemaah.
Di Stadion Manakarra Mamuju, Jumat (21/4/2023), terlihat warga sudah mulai memadati area stadion sejak pukul 06.30 Wita. Mereka datang dengan berjalan kaki, warga lainnya mengendarai motor dan mobil.
Baca Juga:
Pj Gubernur Sulbar Imbau Pemerintah Daerah Jaga Kelestarian Ekosistem Lingkungan dari Kerusakan
Polisi di lokasi mengarahkan kendaraan para jemaah untuk parkir di pinggir jalan. Hal itu dilakukan agar akses masuk ke area lapangan stadion tidak terganggu.
Warga juga terlihat membawa tikar hingga koran bekas sebagai alas sajadah untuk salat. Terlihat satu panggung kecil berada tepat di depan para jemaah laki-laki. Panggung tersebut tempat imam dan khatib Idul Fitri.
Sementara itu salat Idul Fitri baru dilaksanakan sekitar pukul 07.10 Wita. Terlihat juga beberapa warga yang datang terlambat dan baru memasuki lapangan usai rakaat pertama salat.
Panitia pelaksanaan salat Idul Fitri, Syahril dalam penyampaiannya mengucapkan terimakasih kepada Pemkab Mamuju yang sudah memberikan izin lokasi. Termasuk kepada Polda Sulbar dan Polresta Mamuju yang sudah melakukan pengamanan.
Baca Juga:
Pemerintah Sulbar Gandeng Perguruan Tinggi Percepat Pendidikan Vokasi, Termasuk UNM
"Terima kasih kepada Pemkab Mamuju yang sudah memfasilitasi tempat dan kemudian kepada kepolisian dari Polda, Polres dan Polsek yang memberikan jaminan pengamanan dan pelayanan dalam pelaksanaan salat di stadion," ujar Syahril di hadapan para jemaah.
Di tempat sama usai pelaksanaan salat, khatib Idul Fitri Ustaz Muhammad Rivai dalam pesannya menyampaikan puasa yang dilakukan sebulan penuh menjadi benteng bagi muslim dari godaan nafsu dunia.
"Puasa merupakan representasi dari jalan rohani, membangun benteng kokoh dalam diri setiap muslim dari keliaran nafsu duniawi," terangnya.
Menurutnya, segala bentuk kejahatan dunia yang terjadi karena manusia tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Olehnya itu, puasa sebulan penuh menjadi benteng dan cara yang paling ampuh bagi manusia dalam menekan hawa nafsu dunia.
"Segala petaka hidup bermula dari hawa nafsu yang tak terkendali. Yang mendorong manusia ingin menguasai dunia melampaui batasan. Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan kesewenang-wenangan, perang dan berbagai kejahatan," ujarnya.
"Karena itu puasa menjadi cara untuk mengendalikan ruang nafsu hewani manusia. Mereka yang lulus puasa ialah yang sukses menaklukkan jiwa primitif nya menuju kualitas diri yang secara rohaniah paripurna, itulah puasa sebagai jalan terjal menuju pencapaian puncak rohaniah tertinggi yang tercerahkan," tutup Rivai.