Sulbar, WahanaNews.co - Desa terpencil Salumakki merupakan wilayah paling timur Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) tepatnya di Kecamatan Kalumpang.
Jarak dari ibukota Kabupaten Mamuju diperkirakan mencapai 200 kilometer.
Secara geografis, Salumakki terbagi menjadi 8 wilayah dusun.
Baca Juga:
Pj Gubernur Sulbar Imbau Pemerintah Daerah Jaga Kelestarian Ekosistem Lingkungan dari Kerusakan
Berada di dataran tinggi, tepatnya di kaki Gunung Siraun. Keseluruhan, desa ini dihuni lebih dari 1500 jiwa, di mana sebagian besar warganya berprofesi sebagai petani atau ladang berpindah.
Untuk mencapai desa ini, dibutuhkan waktu perjalanan berkisar 10 sampai 11 jam, hal tersebut diakibatkan buruknya kondisi infrastruktur jalan.
Namun, keterbatasan akses jalan membuat masyarakat Desa Salumakki hidup dalam keterisoliran, akan tetapi bukan berarti mereka hidup dalam kegelapan.
Baca Juga:
Pemerintah Sulbar Gandeng Perguruan Tinggi Percepat Pendidikan Vokasi, Termasuk UNM
Masyarakat Desa Salumakki tidak lagi khawatir saat malam menyapa, tanpa harus bergantung pada Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Desa Salumakki telah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang dibangun secara swadaya dan menggunakan dana desa.
“Di sini Listrik menyala 1 x 24 jam, dari pagi hingga pagi, kecuali saat ada perbaikan,” ucap Rande, salah seorang warga setempat. Senin, (8/4/2024).
Setelah turbin dibuka, maka lampu indicator di box akan menyala, dan lampu di rumah warga juga menyala.
Menurut dia, PLTMH Desa Salumakki dibangun sejak tahun 2013 dengan memanfaatkan bantuan dana desa, dengan menggunakan mesin kapasitas 30 ribu Watt, menerangi 140 rumah.
“Masyarakat dipungut biaya Rp5 ribu perbulan setiap satu balon lampu yang digunakan,” sambungnya.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik berskala kecil yang memanfaatkan tenaga (aliran) air sebagai sumber penghasil energi. PLTMH dipilih karena konstruksinya sederhana, mudah dioperasikan, serta mudah dalam perawatan dan penyediaan suku cadang.
PLTMH pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan menghasilkan listrik.
Ditambahkan, sebelum ada PLTMH, warga Desa Salumakki menggunakan Petromax dan pelita minyak tanah.
“Sebelum ada PLTMH, masyarakat di sini mengunakan pelita minyak tanah dan beberapa rumah menggunakan mesin generator. Itupun hanya bisa hidup pada hari raya atau acara tertentu saja,” jelasnya.
Dengan adanya pembangkit listrik tersebut, kini aktifitas rumah tangga menjadi lebih mudah. Warga tidak sepenuhnya mencari kayu di hutan setiap hari, untuk kebutuhan memasak. Mereka sudah bisa colok kabel yang terhubung ke rice cooker, penanak nasi listrik.
Selain terang, sebagian warga pun kini sudah menikmati fasilitas jaringan internet, meskipun masih lelet.
Tak hanya mengalir di rumah tangga, listrik juga mengalir di fasilitas umum, seperti sekolah, sarana kesehatan dan rumah ibadah.
Kepala Desa Salumakki, Sopater Y Masindana mengatakan, pembangunan PLTMH tersebut murni menggunakan tenaga kerja dari desa, atau atas dasar swadaya masyarakat.
“Itu berdasarkan kesepakatan kita bersama antara pemerintah desa dan masyarakat, agar pembangunan bisa dinikmati oleh masyarakat,” kata dia.
PLTMH tersebut di bangun di aliran sungai Keulo, yang berjarak sekitar 600 km dari perkampungan.
“Kami bersyukur sekarang masyarakat Salumakki seluruhnya sudah menikmati listrik," ucap Sopater.
Ia juga mengingatkan masyarakat Salumakki untuk menjaga turbin, dan juga melestarikan hutan yang ada serta harus steril dari penebangan hutan di sepanjang sungai.