WahanaNews-Sulbar | Meski sama-sama menjadi perusahaan penghasil listrik, PT Solarion Energi Alam (Solarion) menegaskan bahwa mereka bukanlah pesaing PLN .
Justru sebaliknya, Solarion saling melengkapi untuk mengejar target energi baru terbarukan ( EBT ) sebesar 23% pada 2025.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dukung Rencana PLN Ubah Tiang Listrik Jadi SPKLU, Utamakan Keselamatan Masyarakat
"Kami bukan pesaing PLN, justru saling melengkapi untuk memperbesar penggunaan EBT," kata Graham Pearson, Chief Operating Solarion, Kamis (9/6/2022).
Makanya, Solarion selalu berkoordinasi dengan PLN setiap ada proyek pemasangan PLTS atap di wilayah Jawa dan Bali. Mereka juga sudah ditetapkan sebagai "vendor resmi" PLN untuk perluasan penggunaan listrik EBT.
Besarnya target EBT sebesar 23% tadi dilihat Solarion sebagai pangsa pasar yang menarik. Makanya, mereka gencar menyasar sejumlah segmen agar menggunakan PLTS atap.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: Musim Hujan, Masyarakat Diminta Hindari Berteduh Dekat Instalasi Listrik
"Target market kami yang utama adalah industri atau pabrik. Selain itu, kami juga mulai menyasar segmen hunian residensial," tambah Graham.
Tak tanggung-tanggung, Solarion menetapkan target pembangunan PLTS di Indonesia sebesar 500 MW dalam kurun waktu 3 hingga 5 tahun mendatang.
Target pembangunan PLTS ini setara dengan mengalirkan listrik ke 42.000 rumah dan mengurangi emisi karbon sebesar 338,323-ton CO2. Bahkan kapasitas mereka bisa mencapai 1 GW.
Untuk menopang target itu, Solarion sudah menyiapkan dana sebesar USD350 juta atau sekitar Rp5,07 triliun. Saat ini total investasi yang telah mereka gelontorkan mencapai USD5 juta.
"Kami dapat pendanaan dari lembaga-lembaga keuangan dunia yang memang concern dengan energi bersih," timpal Head of Marketing Solarion Agustine Adiastra WM.
Salah satu faktor yang membuat Solarion optimistis berkembangnya penggunaan listrik EBT, terutama bisnis mereka, adalah adanya pergerakan sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia mengenai sumber energi yang berkelanjutan. Gedung-gedung di perkotaan kini sudah mulai dituntut untuk menjadi green building.
“Saat ini setiap orang telah memiliki pemahaman yang baik mengenai perubahan iklim. Hal ini berarti sebuah bisnis mau tidak mau harus peduli terhadap konsep industri hijau dan mengurangi emisi karbon dengan memasang PLTS,” tambah Graham.
Graham meyakini bahwa akselerasi penggunaan listrik EBT di Indonesia nantinya bisa mengejar Australia. Graham menuturkan bahwa di tahun 2021 lebih dari 3,3 GW PLTS telah dibangun di Negeri Kanguru.
Pembangunan PLTS untuk tempat tinggal dan kawasan industri di Australia telah mencapai 24,9% dari total potensi pemanfaatan energi terbarukan yang mungkin dilakukan.
“Saya yakin tidak butuh waktu lama bagi Indonesia untuk mencapai skala yang sama dengan Australia. Dengan tingginya populasi dan perkembangan ekonomi di Indonesia, kebutuhan terhadap energi listrik menjadi tiga kali lipat jika dihitung dari tahun 2015-2030. Tenaga surya akan memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan energi tersebut,” tandas Graham.[afs]