WahanaNews - Jakarta | PT PLN (Persero) menyatakan telah melakukan finalisasi terhadap sederet proyek pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan demi mendukung target Net Zero Emission atau emisi nol bersih tahun 2060.
Proyek pembangkit listrik tersebut utamanya mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di sejumlah daerah.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
Proyek tersebut juga sekaligus demi merealisasikan Just Energy Transition Partnership (JETP) dalam mempercepat program transisi energi di Indonesia sesuai hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali tahun lalu.
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi mengatakan, dalam G20 tahun lalu pemerintah Indonesia telah menandatangani kesepakatan dengan JETP untuk transisi energi di Indonesia.
"Sebagaimana telah disebutkan, JETP berkomitmen menyediakan dana untuk berbagai program hijau negara anggotanya," ujar Evy dalam pernyataan resminya, dikutip Selasa (30/5/2023).
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
Ia menjelaskan, salah satu program jangka pendek yang saat ini tengah dilakukan adalah proyek dedieselisasi pembangkit berbahan bakar fosil sebesar 1 gigawatt (GW) dan menggantinya dengan pembangkit bertenaga surya (PLTS).
Evy mengatakan, untuk fase pertama, PLN berencana membangun 0,2 GW PLTS di 94 lokasi berbeda. Proyek tersebut diperkirakan membutuhkan investasi sebesar 700 juta dolar AS.
Dirinya menambahkan, PLN melalui subholding-nya, yaitu PLN Nusantara Power dan PLN Indonesia Power secara aktif terus mencari mitra strategis dalam berkolaborasi demi merealisasikan program dedieselisasi itu.
"PLN menyadari pelaksanaan program dedieselisasi membutuhkan investasi besar baik dari segi keuangan maupun sumber daya teknologi. Dengan demikian, kolaborasi yang kuat antara PLN, pengembang, lembaga keuangan, dan mitra strategis lainnya sangat penting untuk keberhasilan program dedieselisasi," ujarnya.
Sementara, Head of JETP Secretary Edo Mahendra mengungkapkan, selama enam bulan ini, sejak Februari hingga Agustus 2023 JETP tengah menggodok secada detail rencana pengalokasian komitmen dana 20 miliar dolar AS.
Harapannya, berbagai program transisi energi yang sudah dirancang oleh negara-negara yang tergabung dalam JETP bisa segera dijalankan.
"Kita sudah membangun pondasinya. Kami sangat bersyukur dengan dukungan dan komitmen yang diberikan oleh komunitas internasional dalam transisi energi," jelas Edo.
Edo menambahkan, program dedieselisasi dan pembangunan pembangkit EBT penggantinya sebagaimana dilakukan PLN merupakan pilot program dalam JETP. Untuk itu, pihaknya akan memberikan dukungan penuh agar program dedieselisasi ini bisa sukses.[mga]